KESEHATAN
Waspada! Berikut Penyakit Yang Sering Muncul Di Musim Hujan
SaranaPublik.com — Hujan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan banjir. Banyaknya genangan air, cuaca dingin, dan kontak dengan seorang yang sudah terkontaminasi virus atau penyakit juga bisa membuat Anda tertular penyakit tersebut saat musim hujan.
Apalagi jika daya tahan tubuh Anda sedang menurun. Hal ini membuat Anda lebih rentan terhadap penyakit.
Mengenali beberapa penyakit umum yang biasanya terjadi pada musim hujan akan membuat Anda lebih waspada dan lebih siap untuk waspada dan mencegahnya.
Berikut merupakan penyakit yang banyak menyerang saat musim hujan :
1.Flu
Penyakit yang paling umum di musim hujan adalah flu. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza tipe A, B, atau C. Virus influenza dapat menyebar melalui batuk, bersin, atau menyentuh benda yang terkontaminasi.
Meski flu biasa terjadi dan bisa hilang dengan sendirinya, Anda perlu mewaspadai penyakit ini. Karena beberapa orang bisa mendapatkan komplikasi dari flu, seperti pneumonia.
2.Leptospirosis
Leptospirosis merupakan salah satu jenis penyakit yang ditularkan oleh bakteri. Orang biasanya tertular penyakit ini dengan mudah ketika mereka bersentuhan dengan tanah, air, atau makanan yang terkontaminasi urin, darah, atau jaringan hewan yang terinfeksi.
Gejala infeksi leptospirosis antara lain demam, sakit kepala, nyeri otot terutama di betis dan paha. dan muntah. Dalam beberapa kasus, gejalanya bisa parah, seperti: meningitis, kerusakan hati dan ginjal, atau bahkan kematian.
Anda dapat mencegahnya dengan menghindari genangan air di jalan. Segera bersihkan diri bila terkena cipratan genangan air.
3.ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Beberapa gangguan kesehatan yang terkait dengan ISPA adalah batuk, pilek, sakit tenggorokan, Covid19 dan sejenisnya.
Kadar air yang tinggi di musim hujan memungkinkan berbagai mikroorganisme lebih mudah berkembang biak dan menyerang tubuh melalui saluran pernapasan.
5.Demam Berdarah
Penyakit ini disebabkan oleh nyamuk Aedes yang menyukai air dan kelembaban. Tahap pertama gejala demam berdarah terdiri dari 2 sampai 7 hari demam dan nyeri otot. Kemudian demam turun. Tangan dan kaki akan menjadi dingin. Syok dapat terjadi pada beberapa orang dengan kondisi ini.
Sebagai tindakan pencegahan, Anda dapat menghindari area yang dipenuhi nyamuk, menggunakan obat nyamuk, dan tidur didalam kelambu.
Di musim hujan, Anda juga perlu menjaga kesehatan dengan cukup tidur, makan makanan yang sehat, dan berolahraga secara teratur untuk perlindungan jangka panjang.
6.DemamTifoid/Tifus
Demam Tifoid atau yang lebih dikenal dengan tifus adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Bakteri tersebut ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.Jika pasien tidak segera diobati, komplikasi seperti pneumonia, radang selaput dada, miokarditis (radang otot jantung), gagal jantung akut, dan bahkan kematian dapat terjadi.
7.Kolera merupakan penyakit yang biasa terjadi pada musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh seseorang yang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Bakteri ini kemudian mengeluarkan racun ke dalam usus sehingga menyebabkan korbannya mengalami diare dan muntah-muntah yang berujung pada dehidrasi bahkan kematian.
Tanda-tanda dehidrasi pada seseorang dapat dilihat pada detak jantung yang lebih cepat, hilangnya elastisitas kulit, sering haus, kejang otot, dan tekanan darah rendah. Selain itu, mulut, tenggorokan, hidung, dan kelopak mata menjadi kering.
Kota Lubuklinggau
Pemkot Lubuklinggau Ikuti Rakerda Penurunan Stunting Tingkat Provinsi Sumsel
Lubuklinggau, Saranapublik.com – Wakil Walikota Lubuklinggau, H Sulaiman Kohar, didampingi Kepala Bappedalitbang, H Emra Endi Kesuma, Kepala Dinas Kesehatan, Erwin Armeidi, Kepala DPPKB, Henny Fitrianti, Kepala DP3APM, Heri Suryanto dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Cikwi mengikuti Rakerda Penurunan Stunting tingkat Provinsi Sumsel di Grand Ballroom Novotel Kota Palembang, Rabu (15/2/2023).
Dalam paparannya, Kepala Bappedalitbang Kota Lubuklinggau, H Emra Endi Kusuma mewakili wakil wali kota menyampaikan keberhasilan Kota Lubuklinggau menurunkan angka stunting hingga 11,2 persen pada 2022 lalu, tak lepas dari kerjasama antar OPD dan TPPS Kota Lubuklinggau.
Beberapa kiat penurunan stunting yang dilakukan Kota Lubuklinggau antara lain memperkuat koordinasi TPPS, memperkuat keterlibatan OPD terkait penunjang dalam intervensi sensitif, memperkuat dan mengoptimalkan partisipasi warga Kota Lubuklinggau dalam pencegahan dan penurunan stunting serta pemerataan fasilitas kesehatan ibu dan anak di Kota Lubuklinggau.
Salah satu contoh yang dilakukan TPPS Kota Lubuklinggau antara lain pengadaan menu gemarikan dimana anak diberikan makanan olahan ikan persiklus tujuh hari selama 90 hari.
Langkah ini sambungnya, terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan anak dibandingkan sebelum adanya intervensi. (ADV)
KESEHATAN
Jubir Kemenkes: GGAPA di Indonesia Mengalami Penurunan Signifikan
Jakarta, Saranapublik.com – Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril, mengatakan, kasus gagal ginjal akut (GGA) yang menyasar 324 anak, hingga saat ini penelitiannya masih terus berlangsung. Karena untuk sampai pada kesimpulan final, membutuhkan waktu yang panjang. Namun untuk kasus ini, dipastikan penyebab utamanya adalah intoksikasi kendati secara medis, gagal ginjal akut (GGA) dapat juga disebabkan oleh faktor lain.
“Apakah saat ini Kemenkes melakukan penelitian, iya. Namanya case control study. Jadi ada 90 kasus normal yang diteliti, sementara kasus yang sakit 30. Nah ini sudah 50 persen terkumpul. Untuk saat ini masih dilakukan penelitian sekitar 100an obat. Tentu saja secara ilmiah nanti, kita ingin mendapatkan hasil atau kesimpulan yaitu ada kaitannya antara gagal ginjal dengan intosikasi etilen glikol dan dietilen glikol,” terangnya dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema “Perkembangan Hasil Penelitian Obat Mengandung EG dan DEG pada Kasus Gagal Ginjal Akut (GGA)” pada Kamis, 24 November 2022.
Syahril juga mengungkapkan, bagi pasien yang sudah dinyatakan sembuh, secara teori akan sembuh total dan tidak akan berpotensi mengalami gejala atau keluhan kesehatan di waktu yang akan datang.
“Kenapa sebagian anak kok tidak kena walaupun pernah minum obat yang sama. Memang satu faktornya adalah kadar yang diminum dan juga lama periode mengkonsumsi obat tersebut. Untuk anak yang sudah sembuh masih dalam pemantaun kami (Dinkes-red). Kalau menurut teori, bahwa keracunan ini jika sudah diatasi, maka pasien dapat sembuh total. Tidak ada gejala-gejala sisa,” ucapnya.
Menurutnya, kasus gagal ginjal akut misterius pada anak di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Bahkan, kasus yang dikenal dengan istilah Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) ini tidak menunjukan adanya penambahan selama dua pekan terkahir.
“Kami informasikan bahwasanya kita sangat bersyukur karena sejak dua minggu lalu sampai sekarang, tidak ada lagi penambahan kasus,” kata Syahril.
Dalam kesempatan tersebut, Syahril menyebutkan, Kemenkes mencatat terdapat total 324 kasus GGAPA pada anak dengan rincian sebanyak 313 pasien dinyatakan sembuh. Namun kasus GGAPA yang menyebar hingga ke-27 provinsi di Indonesia ini menyisakan 11 kasus yang terdapat di 3 provinsi.
Adapun ketiga provinsi tersebut yakni DKI Jakarta dengan total 9 kasus yang dirawat di RSUPN Cipto Mangungkusumo, Kepulauan Riau 1 kasus, Sumatera Utara 1 kasus.
“Hingga saat ini kasus gangguan ginjal akut pada anak yang masih dirawat tersisa 11 orang. Ini merupakan upaya bersama di mana angka penambahan tidak ada dan angka kematian juga tidak ada lagi. Yang ada adalah angka kesembuhan,” kata Syahril.
Syahril berharap, pasien GGAPA pada anak yang masih dirawat di RSCM dapat sembuh kembali setelah pemberian obat antidotum atau penawar pemberian fomepizole.
Meski anak telah dinyatakan sembuh, Syahril menegaskan, Kemenkes melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) masih melakukan pemantauan untuk mengetahui perkembangan selanjutnya. Menurutnya, pemerintah mempunyai kewajiban untuk melakukan pemantauan.
“Kita terus kontrol untuk melihat perkembangannya, mungkin ada suatu efekefek atau masalah-masalah kesehatan selanjutnya,” ucapnya.
Gagal Ginjal Bukan Kasus Baru
Syahril menambahkan, kasus gagal ginjal akut bukan baru di Indonesia. Namun baru ramai dibicarakan sekarang, yakni pada pertengahan bulan Agustus setelah dilakukan penyelidikan terkait adanya pencemaran atau impuritis dari pelarut yakni Etilen Glikoll (EG) dan Dietilen Glikol (EDG).
Kasus ini menyeruak, jelas Syahril, setelah dilakukan penyelidikan bahwa ada kemungkinan pencemaran atau impuritis dari pelarut yang biasa digunakan ada obat sirup tersebut. Penggunaan pelarut tersebut melebihi ambang batas yang ditentukan.
“Tapi dengan cepat kita kerjasama dengan IDAI, IDI dan profesi kedokteran yang lain, kita menyisir dan menemukan kemungkinan-kemungkinan itu. Nah pengalaman ini akan membuat kita respon cepat terhadap hal-hal yang memang tidak diduga sebelumnya,” tambahnya.
NASIONAL
5 Langkah Bersama Alodokter, di Bulan Kesehatan
Jakarta, Saranapublik.com – Sejak 1964, Indonesia memperingati Hari Kesehatan Nasional yang jatuh setiap tanggal 12 November dan menjadi momen penting bagi bangsa Indonesia bersama pemerintah beserta institusi-institusi terkait yang menyediakan akses kesehatan untuk bersama-sama menjaga kesehatan demi kualitas hidup yang lebih baik kedepannya.
Pemerintah bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada Hari Kesehatan Nasional tahun ini mengusung tema “Bangkit Indonesiaku Sehat Negeriku”. Dengan melibatkan peran seluruh pihak terkait, pemerintah mengajak masyarakat untuk kembali bangkit dari kondisi pasca pandemi dan dan mempengaruhi kualitas hidup rakyat Indonesia dua tahun terakhir ini.
“Di masa peralihan menuju endemi ini, kita tetap perlu bersikap bijak dan waspada terhadap berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan. Hendaknya jangan sampai gegabah dan terlalu terburu-buru dalam bersikap, sehingga melupakan pentingnya pola hidup bersih dan sehat, yang diiringi dengan protokol kesehatan.
Oleh karena itu, di bulan kesehatan ini, Alodokter ingin mengimbau dan mengajak masyarakat untuk lebih peka terhadap pentingnya menjaga kesehatan, baik tubuh maupun pikiran, agar Indonesia bisa bangkit dan meraih tujuan jangka panjangnya, yakni bersama-sama menjaga generasi muda hingga tercapainya Generasi Emas 2045. Di mana pada masa ini (periode tahun 2020-2045), Indonesia akan meraih bonus demografi, yaitu 70% penduduk Indonesia berusia produktif (15-64 tahun), dengan 30% lainnya merupakan penduduk berusia non-produktif (usia di bawah 14 tahun & di atas 65 tahun)”, ujar dr. Abi Noya, selaku Medical Content Marketing Senior Manager.
Alodokter memberikan 5 langkah yang dapat dilakukan agar masyarakat tetap sehat dan produktif:
1. Bijak Mengatur Asupan Nutrisi (menghindari garam, gula, dan lemak berlebih)
Di zaman yang serba instan, seperti sekarang, kita perlu memilah asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh sebaik mungkin. Kemenkes RI menganjurkan untuk membatasi asupan gula tidak lebih dari 4 sendok makan atau 50 gram/orang/hari, garam 1 sendok teh atau 5 gram/orang/hari, dan lemak 5 sendok makan atau 67 gram/orang/hari. Dengan demikian, berbagai risiko kesehatan, seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi, bisa dicegah. Tentunya, disarankan juga untuk tetap memenuhi asupan nutrisi sehat secara seimbang dan minum air putih, setidaknya 8-10 gelas per hari.
2. Rutin Berolahraga
Meski sudah sering mendengar anjuran mengenai langkah yang satu ini, namun masih banyak orang yang menyepelekannya, bahkan enggan melakukannya. Padahal, selain menerapkan pola makan bergizi, berolahraga dengan rutin sangatlah penting untuk dilakukan. Lebih dari membuat tubuh aktif dan bugar, berolahraga juga dapat menjaga kelancara aliran darah, mencegah berbagai risiko penyakit, bahkan mengurangi stres. Tidak harus berolahraga berat, rutin beraktivitas fisik ringan-sedang, seperti berjalan santai, jogging, atau bersepeda, setidaknya 30 menit per hari atau setara dengan 150 menit per minggu saja, sudah cukup untuk mendukung kesehatan dan produktivitas tubuh.
3. Mengelola Stres Dengan Baik
Stres yang berlebihan bisa memicu pelepasan hormon kortisol yang dapat mengganggu produksi limfosit, yakni bagian dari sel darah putih yang berperan penting dalam imunitas. Makanya, penting pula bagi kita untuk menemukan cara mengelola stres dengan baik, misalnya dengan melakukan latihan pernapasan, bermeditasi, mengatur skala prioritas, dan berbagi keluh kesah dengan orang yang bisa dipercaya, bila perlu, dengan tenaga profesional, seperti psikolog atau psikiater. Selain itu, bisa juga memanfaatkan layanan telemedisin untuk berkonsultasi langsung via chat bersama psikolog dan psikiater, seperti yang tersedia di Alodokter.
4. Mencukupi Istirahat
Salah satu langkah yang tidak kalah penting untuk menjaga kesehatan dan produktivitas adalah mencukupi istirahat. Istirahat yang cukup dapat memberi tubuh waktu untuk mengembalikan tenaga, menyegarkan pikiran, memperkuat daya ingat, meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, serta mendukung kinerja sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, cukupilah istirahat dengan tidur minimal 7-9 jam tiap malamnya.
5. Persiapkan Vitamin Dan Obat-obatan
Guna menunjang berbagai upaya yang telah disampaikan sebelumnya, penting bagi kita untuk mempersiapkan vitamin, suplemen, maupun obat-obatan yang mungkin diperlukan sebagai upaya pencegahan, maupun pertolongan pertama. Untuk mendapatkannya secara praktis, bisa manfaatkan layanan Aloshop, solusi aman dan tepercaya dari Alodokter untuk berbagai kebutuhan kesehatan, sesuai anjuran dokter. Sebagai bagian penting dari fasilitas telemedisin yang dimiliki Alodokter, Aloshop telah bekerja sama dengan rekanan penyedia obat, produk kesehatan dan kecantikan, serta kebutuhan ibu dan anak, yang resmi, aman, dan tepercaya.
Aloshop membantu pengguna dengan kemudahan membeli obat dan produk kesehatan dengan kualitas dan mutu obat yang terjamin, dan yang terpenting adalah pesanan akan dikirimkan kurang dari 1 jam setelah pemesanan dilakukan.
Untuk info lebih lanjut bisa kunjungi web www.alodokter.com dan kunjungi Instagram @alodokter_id.
KESEHATAN
Siti Nadia Tarmidzi: Pemerintah Sudah Gerak Cepat Tangani Kasus Gangguan Ginjal Akut
Jakarta, Saranpublik.com – Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menyatakan keprihatinannya terhadap cara negara dalam merespon kematian atau musibah yang terjadi sebagai sesuatu yang biasa saja.
Seperti kematian pada kasus gangguan gagal ginjal akut misterius yang telah merenggut ratusan nyawa anak-anak di berbagai daerah Indonesia. Hingga kini kasus tersebut, telah mencapai 255 kasus yang terjadi di 26 Provinsi, dan tercatat sebanyak 143 anak meninggal dunia.
Padahal negara memiliki kewajiban untuk melindungi nyawa atau jiwa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, dimana salah satu tujuan bernegara itu adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
“Harusya ada konsen yang besar dari negara terhadap nyawa anak-anak, nyawa harapan, nyawa masa depan. Ini menjadi keprihatinan kita bersama seperti mempersoalkan nyawa hampir 1.000 petugas pemilu di masa lalu. Kemudian nyawa korban tragedi Kanjuruhan yang membuat kita pilu, dianggap berlalu begitu saja, tanpa ada satu keseriusan untuk melihat ini, ada problem yang sangat fatal. Menurut saya, agak aneh kalau kita lihat responnya, itu bukan cara kerja negara yang benar, korbannya anak-anak akibat sirup yang sudah dikonsumsi lama,” kata Fahri Hamzah saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talk bertajuk ‘Gagal Ginjal Akut Mengkhawatirkan Negeri, Bisakah Dihentikan?’, Rabu (26/10/2022) sore.
Menurut Fahri, langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan memanggil para pelaku, pengawas, polisi dan jaksanya beberapa waktu lalu ke Istana Negara, setelah itu keluar perintah, pemain obat-obatan akan dikenai delik pidana, tidak menyelesaikan masalah yang sedang terjadi.
“Bukan begitu cara bekerja negara, negara harus menghargai separation of job , pembagian tugas. BPOM itu tidak boleh dilepaskan dari tanggungjawab, karena negara sudah mengimplan sistem pengawasan obat dan makanan,” tegasnya.
Sehingga ketika dikemudian hari ada yang salah seperti ada yang keracunan dan ada yang meninggal, maka kata Wakil Ketua DPR Periode 2004-2009 ini, negara harus menyalahkan dirinya dulu, dan tidak boleh menyalahkan orang lain.
“Itulah cara bekerjanya sistem, tapi yang terjadi negara selalu menyalahkan rakyat, menyalahkan pengusaha, pemain. Harusnya negara menyalahkan diri dulu, dan memeriksa apakah ada kebobolan sistem dalam dirinya terhadap konsumsi obat terlarang atau beracun yang menyebabkan kematian pada anak-anak saat ini,” ujarnya.
Fahri menegaskan, upaya Partai Gelora dalam menyikapi kasus gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) pada anak ini adalah dalam sistem pada sektor kesehatan Indonesia agar pemerintah selalu siap dalam menghadapi krisis kesehatan yang terjadi.
“Nah, saya kira, Partai Gelora Indonesia akan selalu concern dengan perbaikan sistem untuk penataan sistem kesehatan kita. Negara harus punya kesiapan apa pun yang masuk ke dalam negeri kita,” pungkasnya.
Pemerintah Dinilai Abai
Namun, Ketua Bidang Kesehatan DPN Partai Gelora Rina Adeline menilai pemerintah abai terhadap upaya pencegahan dalam mengantisipasi meningkatnya kasus gangguan gagal ginjal akut pada anak, padahal kasus tersebut sudah terjadi terlebih dahulu di India dan Gambia, Afrika Barat.
“Jadi yang perlu saya garis bawahi di sini adalah tentang pengawasan kita yang seperti ketinggalan alarm, sehingga kemudian muncul kondisi-kondisi seperti di India dan Gambia. Ini sangat mengejutkan, memakan korban jiwa anak-anak generasi mudah kita di bawah 5 tahun, cukup tinggi,” kata Rina.
Seharusnya pemerintah, terutama BPOM dapat mengantisipasi dengan melakukan pengawasan terhadap obat Sirop yang mengandung zat etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang menjadi penyebab kematian pada anak-anak yang terjadi di Gambia pada Juni 2022 lalu, agar tidak terjadi di Indonesia.
“Harusnya pada bulan Agustus atau September sudah ada alarm terhadap pengawasan obat-obatan yang dijual bebas, ingredients atau kandungan aditif yang diperbolehkan, tapi semua sepertinya lewat dan lolos dari pengawasan. Jangan baru jatuh korban jiwa anak-anak yang tinggi, baru melakukan pengawasan,” katanya.
Rina berharap masyarakat terus diberikan edukasi secara terus menerus mengenai pentingnya kesadaran pada sektor kesehatan agar ketika terjadi krisis kesehatan di Indonesia bisa melakukan pencegahan diri sendiri.
“Terakhir yang perlu ditingkatkan lagi, adalah penelitian kedepan perlu cakupan yang lebih luas lagi agar kita tidak tertinggal. Karena Femopizole, obat gagal ginjal yang didatangkan dari Singapura itu hanya sekedar antidot atau penawar zat racun etilen glikol, tidak menyembuhkan gagal ginjal akut itu sendiri,” katanya.
Penyebab Gagal Ginjak Akut
Sementara itu, Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) dr. Siti Fadilah Supari mengatakan, penyebab gangguan ginjal akut pada anak sebetulnya bukan hanya, karena zat kimia etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). Adapun, EG dan DEG merupakan zat kimia pelarut tambahan dalam sirop obat.
Menurut Siti Fadilah, jika diduga penyebabnya tercemar EG dan DEG biasanya bayi terkena karena minum obat sirop. Sebab, yang terjadi di Gambia, Afrika Barat, bayi meninggal setelah tiga hari minum obat sirop tersebut.
“Yang saya tahu, pemerintah mengumumkan sejak ada pasien di RSCM. Kemudian kematiannya meningkat sampai 5-6 kali menunjukkan satu KLB. Tetapi tidak diumumkan berapa banyak korban yang benar-benar dari sirop yang diminum,” kata Siti Fadilah.
Siti Fadilah menyebutkan, munculnya gangguan ginjal akut awalnya dari Gambia, Afrika Barat. Diketahui, ada 66 bayi meninggal terkena gangguan ginjal akut karena tercemar zat kimia EG dan DEG.
Hal tersebut disampaikan oleh WHO. Kemudian di Indonesia, juga mengalami hal serupa, terjadi peningkatan gangguan ginjal akut pada anak sejak Oktober 2022.
Siti Fadilah menuturkan, pemerintah yang menginformasikan jika penyebab karena tercemar EG dan DEG merupakan hal yang kurang tepat. Seharusnya pemerintah mengumpulkan para ahli untuk mencari penyebab tersebut.
“Jadi belum tentu karena itu (EG dan DEG) saja dan tidak diumumkan berapa persen pasien yang minum obat sirop dan beberapa persen karena yang lain,” paparnya.
Dikatakan Siti Fadilah, ada empat hal menyebabkan seseorang bisa terkena gagal ginjal akut di antaranya; Pertama, tercemar EG dan DEG.
Kedua, umumnya karena infeksi biasa atau infeksi luar biasa, misalnya bakteri virus dan lainnya. Penyebab infeksi ini juga ada angka kematian. Sementara kematian gangguan ginjal saat ini meningkat 5 kali lipat. “Ini jangan dilupakan begitu saja,” ujarnya.
Ketiga, Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C). MIS-C berkepanjangan akibat long Covid-19. Keempat, ada hubungannya dengan vaksin Covid-19 atau booster yang diberikan.
Dikatakan Siti Fadilah, secara tidak langsung ibu dari balita yang sudah mendapat booster Covid-19 bisa menjadi perantara untuk menularkan gangguan ginjal akut pada bayinya.
Menurut Siti Fadilah, ada beberapa kejanggalan terkait gangguan ginjal akut ini. Dalam hal ini, ia menyoroti keputusan pemerintah langsung menyebutkan penyebabnya adalah tercemar EG dan DEG, tanpa melakukan penelitian terlebih dahulu.
Menurutnya, seharusnya pemerintah mengumumkan jumlah orang yang terkena gangguan ginjal akibat minum obat sirop. Selain mengumumkan jumlah, lanjut Siti Fadilah, pemerintah juga harus menyampaikan secara rinci jenis sirop apa saja yang diminum pasien tersebut.
Selanjutnya, Siti Fadilah juga menyoroti pernyataan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang menyampaikan tidak pernah memeriksa kadar EG dan DEG. Padahal, sirop disebut tercemar jika kadar EG maupun DEG lebih dari 0,1%. Hal tersebut tertuang dalam kompendium informasi obat (farmakope) Amerika Serikat maupun Indonesia.
“Kalau satu kemasan obat, kemudian kita tidak tahu EG dan DEG berapa, kita tidak bisa menyalahkan dia dong. Kemudian semua obat sirop distop. Padahal yang tidak boleh yang ada kandungannya EG dan DEG melebihi 0,1%,” ucapnya.
Selanjutnya, Siti Fadilah menyayangkan kelanjutan dari kasus gangguan ginjal diduga akibat kandungan EG dan DEG pada obat sirop sehingga ada menjadi tersangka. Menurutnya, seharusnya tidak seperti itu. Sebab, hal terjadi saat ini merupakan kelalaian karena tata kelola. Pada kesempatan ini, ia membandingkan ketika eranya menjadi Menkes.
“Zaman saya dulu masih andai, masih nurut dengan UU 1945 yang asli, belum kapitalistis, belum liberalistis, belum banget walaupun sudah mulai,” ucapnya.
Dikatakan Siti Fadilah, ketika ia menjadi Menkes ada perubahan yang sangat luar biasa pada BPOM, bahwa dengan liberalisasi, dengan masuknya kesehatan ke pasar bebas, maka peran BPOM hanya untuk registrasi.
“BPOM harus nurut saja pada yang tertera dari pabrik-pabrik obat yang meregister, baru kalau ada masalah baru diteliti,” ucapnya.
“Ini kan masuknya kebobolan, kebobolan bukan salahnya BPOM, bukan salahnya Menkes, tetapi kesalahan sistem, barangkali itu,” pungkasnya.
Pemerintah Bergerak Cepat
Menanggapi hal ini, Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes sejak mengetahui terjadi peningkatan kasus gangguan ginjal akut pada anak pada bulan Agustus 2022 telah bergerak cepat untuk mencegah peningkatan kasus tersebut.
Nadia menuturkan, Kemenkes mendeteksi gangguan ginjal akut dengan cepat mulai bulan Agustus 2022. Pasalnya, terjadi peningkatan kasus yang signifikan dari bulan sebelumnya. Tercatat, pada bulan Agustus ada 36 kasus, sedangkan sebelumnya peningkatan hanya satu atau dua kasus.
Untuk memastikan peningkatan kasus tersebut, Nadia menuturkan, Kemenkes mengklarifikasi dan mencocokan informasi data tersebut dengan Ikatan Dokter anak Indonesia (IDAI).
“Dari pembahasan-pembahasan ini disampaikan dan IDAI setuju ini adalah gagal ginjal berbeda,” kata Nadia.
Nadia menuturkan, kondisi klinis gangguan ginjal akut yang dihadapi pasien saat ini tentu berbeda dengan gejala klinis sebelumnya, yakni tidak bisa buang air kecil secara tiba-tiba. Namun, situasi gangguan ginjal tersebut cepat terjadi perburukan pada pasien.
Kemenkes, kata Nadia, melakukan pemeriksaan virus/bakteri dan jamur dari spesimen darah dan urine. Namun, tidak ditemukan penyebab konsisten.
Apalagi, gagal ginjal yang biasa memiliki kesempatan sembuh 90% saat cuci darah, namun khusus untuk penyakit gagal ginjal sejak Agustus hingga Oktober 2022, proses cuci darah tidak tidak memberikan hasilnya yang signifikan.
“Hanya 30% dari awal-awal bulan Agustus-September itu yang bisa sembuh dengan sempurna,” ucap Nadia.
Menurut Nadia, Kemenkes mendapat titik cerah penyebab gangguan ginjal tersebut, karena WHO mengeluarkan surat edaran pada 5 Oktober 2022 tentang kasus gangguan ginjal pada anak di Gambia, Afrika Barat.
Adapun penyebabnya adalah pelarut obat-obatan yang mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). EG dan DEG merupakan zat kimia pelarut tambahan dalam sirop obat.
Namun sebelumnya, Kemenkes, kata Nadia, telah melakukan berbagai langkah pencegahan kenaikan kasus seperti mengimbau melalui surat edaran terkait menghentikan sementara penggunaan dari pada sirup obat pada fasilitas pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan.
“Ini tentunya untuk melindungi masyarakat kita. Padahal waktu itu, sebenarnya terus mencari penyebabnya tetapi secara cepat kita putuskan dulu untuk menghentikan obat dalam bentuk cairan maupun sirop,” paparnya.
Nadia menuturkan, belajar dari Gambia, Kemenkes juga melakukan intervensi lanjutan karena ada dugaan kemungkinan gangguan ginjal akibat dampak obat-obatan.
Adapun intervensinya seperti meningkatkan kewaspadaan kepada tenaga kesehatan mengenai gejala-gejala gangguan ginjal pada anak, hingga mengeluarkan surat edaran terkait standarisasi tata laksana termasuk pemeriksaan laboratoriumnya untuk mencari penyebabnya menghentikan penggunaan virus.
Sebab, kasus gangguan gagal ginjal di Indonesia ada indikasi mengarah ke intoksikasi akibat adanya zat toksik cemaran dari pelarut yang selama ini digunakan untuk melarutkan atau menstabilkan cairan obat dalam bentuk sirop.
Lantas, pemerintah memberikan obat antidotum Femopizole injeksi untuk pengobatan pasien gangguan gagal ginjal akut yang didatangkan dari Singapura, diberikan gratis kepada seluruh pasien.
Obat tersebut, kemudian diuji coba kepada 11 pasien gangguan gagal ginjal di RSCM. Hasil uji coba itu memperlihatkan kondisisiu pasien yang membaik dan stabil.
KESEHATAN
Dukung Cegah Stunting, XL Axiata Bagikan Paket Makanan Sehat di Medan
Medan, Saranapublik.com – PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) mendukung program pencegahan stunting di berbagai daerah. Sebagai implementasinya, bekerja sama dengan sejumlah instansi pemerintah, XL Axiata menyalurkan donasi paket makanan sehat cegah stunting kepada anak-anak dari kalangan keluarga tidak mampu. Program ini sudah terlaksana di antara lain di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Banten dan Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Di Medan, Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di Kota Medan yang juga Wakil Walikota Medan, H. Aulia Rachman, S.E dan Group Head XL Axiata West Region Desy Sari Dewi, secara simbolis menyerahkan langsung paket makanan sehat cegah stunting kepada anak-anak di Grha XL Medan, Jalan Diponegoro, Medan, Sumatera Utara, Rabu (26/10). Paket makanan sehat cegah stunting tersebut berupa beras, kacang hijau, telur, minyak goreng, gula dan lainnya.
Desy Sari Dewi mengatakan, “Sebagai bagian dari masyarakat Kota Medan dan di daerah lain di Indonesia, XL Axiata merasa bertanggung jawab untuk melihat persoalan sosial yang dihadapi masyarakat dan yang kini menjadi perhatian pemerintah, termasuk pencegahan stunting. Semoga donasi ini bermanfaat bagi anak-anak yang membutuhkan, serta bisa menginspirasi pelaku usaha lain untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan pencegahan stunting ini.”
Sementara itu, penyaluran paket makanan sehat di NTT dilaksanakan XL Axiata bersama kantor wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di dua desa, yaitu Desa Humusu, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, dan Desa Alas selatan, Kecamatan Motamasin Timur, Kabupaten Malaka. XL Axiata bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Desy menambahkan, dalam implementasi program cegah stunting di Medan ini, XL Axiata bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan. Selain itu, XL Axiata juga menggandeng BenihBaik.com guna menyalurkan dan memastikan seluruh paket makanan sehat tersebut dapat diterima dengan baik oleh para penerima manfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
H. Aulia Rachman, S.E menambahkan, “Saya mengapresiasi apa yang dilakukan XL Axiata yang peduli terhadap anak-anak di Kota Medan. Dukungan yang diberikan dengan membagikan makanan sehat tentu membantu Pemerintah Kota Medan dalam meningkatkan kualitas gizi balita dan mengurangi stunting di Kota Medan. Saat ini, di Medan terdapat sekitar 550 anak stunting, pencegahan ini bukan hanya dilakukan pemerintah, namun kepedulian masyarakat diharapkan juga memahami stunting. Alhamdulillah, sejauh ini jumlah stunting di Kota Medan semakin berkurang, ini berkat dukungan semua pihak yang peduli terhadap anak-anak di Kota Medan, termasuk XL Axiata.”
Donor darah membantu penderita kanker
XL Axiata juga menggelar donor darah untuk membantu anak-anak penderita kanker di Medan. Kegiatan yang diikuti karyawan XL Axiata melalui program XL Axiata Baik di Medan ini, bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan dan sejumlah komunitas masyarakat. Mereka adalah Pewarta Foto Indonesia (PFI) Medan, Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumut, Forum Wartawan Kesehatan (Forwakes) Sumut, Yayasan Onkologi Anak Medan (YOAM), dan UTD RSUP H Adam Malik.
Donor darah yang dilakukan saat ini, sebelumnya rutin dilaksanakan per 3 bulan sejak tahun 2012 bersama Yayasan Onkologi Anak Medan (YOAM). Tetapi sejak pandemi, donor darah tidak pernah dilakukan lagi, kita akan rutinkan lagi per 3 bulan kedepan untuk melaksanakan donor darah membantu anak-anak kanker di Medan.
H. Aulia Rachman, S.E menambahkan donor darah tidak hanya bermanfaat bagi penerima donor darah, tetapi juga sangat baik bagi kesehatan pendonor. Kegiatan ini tentu dapat membantu anak-anak kanker yang sangat membutuhkan darah, karena kebutuhan darah mendesak bagi anak-anak tersebut.
Donor darah yang diselenggarakan di Grha XL Medan ini, berhasil mengumpulkan 52 kantong darah dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk karyawan XL Axiata, yang akan disumbangkan langsung ke YOAM untuk selanjutnya didistribusikan ke anak-anak penderita kanker.
KESEHATAN
Polres Mukomuko Sosialisasi Larangan Obat Sirup
Mukomuko, Saranapublik.com – Masyarakat beberapa hari terakhir dihebohkan oleh kasus penyakit gagal ginjal misterius yang dialami anak-anak bahkan sampai menyebabkan kematian.
Dari data yang diperoleh sampai saat ini tercatat 206 anak di 20 Provinsi mengalami gagal ginjal akut dan sebanyak 99 anak meninggal dunia.
Terkait hal tersebut, Kapolres Mukomuko Polda Bengkulu AKBP Nuswanto, melalui jajarannya mengimbau kepada seluruh masyarakat terutama di Kabupaten Mukomuko untuk mengikuti aturan yang diberikan oleh pemerintah untuk sementara menghindari penggunaan obat sirup bagi anak.
“Personel Polres Mukomuko dan Polsek Jajaran terutama Bhabinkamtibmas dikerahkan guna mensosialisasikan himbauan ini kepada masyarakat,” jelasnya, Jumat (21/10/2022)
Seperti halnya yang dilakukan Kapolsek Mukomuko Utara Ipda Manogu Simanjuntak, S. H dan personil Bhabinkamtibmas Aiptu Mulyadi dan Kanit Sabhara Aiptu Pery Yulian melaksanakan sosialisasi ke apotek, toko obat dan klinik di wilayah Kota Mukomuko serta memberikan informasi dan Edukasi kepada masyarakat tentang imbauan pemerintah untuk menghindari penggunaan obat sirup yang dilarang BPOM.
Dari rekomendasi yang dikeluarkan oleh IDI, orang tua dihimbau menghindari penggunaan obat yang mengandung Dietilen Glikol (DEG) maupun Etilen Glikol (EG).
Adapun obat sirup yang ditarik dipasaran oleh BPOM yakni:
- Termorex Sirup (obat demam), produksi PT Konimex dengan nomor izin edar DBL7813003537A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml,
- Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), produksi PT Yarindo Farmatama dengan nomor izin edar DTL0332708637A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml, 3. Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DTL7226303037A1, kemasan Dus, Botol Plastik @ 60 ml,
- Unibebi Demam Sirup (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL8726301237A1, kemasan Dus, Botol @ 60 ml, serta
- Unibebi Demam Drops (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL1926303336A1, kemasan Dus, Botol @ 15 ml.
-
HUKUM2 tahun ago
Mengaku Jadi Korban Rudapaksa, Malah di Lapor Ke Polda, ART di Bengkulu Ngadu ke Hotman Paris
-
OPINI2 tahun ago
Generasi Muda, Modal Awal Membangun Peradaban
-
OPINI2 tahun ago
Perempuan dan Anak Aman dalam Naungan Islam”
-
OPINI2 tahun ago
Pengendalian Inflasi: Kebutuhan Pokok Melambung?
-
NASIONAL2 tahun ago
Korban Gempa Bumi di Cianjur, Kapolri: Kita Akan Kirimkan Dokter Tambahan Dari Mabes
-
Business2 tahun ago
Jasa Iklan Google – 3 Alasan Mengapa Anda Perlu Memanfaatkannya
-
Business7 tahun ago
The 9 worst mistakes you can ever make at work
-
RAGAM2 tahun ago
Tips Membuat Pede Masakan Khas Musi Rawas dan Cara Memasaknya
-
NASIONAL2 tahun ago
IKN Makin Tak Terbendung, Rakyat Makin Buntung
-
RAGAM2 tahun ago
Seru! Ini Cara Rayakan Halloween di Mercure Bengkulu